KEN USTON, SANG LEGENDA BLACKJACK YANG JADI MIMPI BURUK KASINO

171

Bagi sedikit orang yang belum mengenalnya, Ken Uston adalah pemain blackjack paling terkenal di era tahun 1970-an dan awal 80-an. Dia bahkan sampai sekarang masih dianggap sebagai salah satu pemain blackjack terbaik yang pernah ada. 

Rekam jejaknya yang luar biasa bukan hanya di blackjack. Dia memiliki gelar MBA di bidang Keuangan dari Harvard yang berhasil meniti karier menjadi Presiden dan Chief Executive Officer Pacific Clearing House selama 15 tahun, sebelum akhirnya mengacak-acak kasino di berbagai belahan dunia dan memenangkan jutaan dolar dalam prosesnya. 

Nama lengkap Ken Uston adalah Kenneth Senzo Usui. Ia lahir di bulan Januari 1935. Keluarga Ken tinggal di New York City dan ayahnya adalah seorang pengusaha yang cukup sukses dari Jepang. Sebagai seorang anak, Uston sangat berbakat, dan ayahnya mendorongnya untuk sukses di banyak bidang. 

Dia sangat berbakat dalam olahraga dan bermain piano. Namun, mata pelajaran yang benar-benar ia kuasai adalah matematika. Beberapa sumber mengatakan bahwa IQ Ken di sekolah menengah sekitar 169. 

Dia sangat cerdas sehingga dia diperbolehkan lompat kelas. Kecerdasannya itu juga membuat dia sudah menerima gelar sarjana dari University of Connecticut di masa remajanya. Kemudian, pada usia 16 tahun, Ken pindah untuk belajar di Yale. Pada saat dia berusia 20 tahun, Ken telah menyelesaikan studinya di Yale dan pindah ke Harvard. Dia selesai dengan gelar MBA di bidang keuangan.

Setelah itu, Uston menikah, memiliki tiga anak, dan pindah ke California. Dia bekerja di pasar saham di San Francisco dan memiliki karier selama satu dekade sebagai salah satu pengolah angka teratas di bidangnya. Bisa dibilang Ken telah memiliki semuanya, tetapi ternyata dia tak merasa bahagia.

Dia pun mulai mencari kebahagiaan yang dibutuhkannya. Lalu di sebuah pesta di San Francisco, pertemuan kebetulan dengan Al Francesco mengubah hidupnya menjadi satu dekade perjudian, narkoba, dan wanita yang dulu hampir tidak pernah dia bayangkan. 

Al Francesco dianggap sebagai pelopor yang membawa ide penghitungan kartu dengan menerapkan permainan tim. Secara personal kemampuan dan kemenangan Al di meja blackjack sangat bagus, tetapi membawa tim untuk melawan kasino membuatnya sangat berbahaya. Uston belajar banyak hal dari Al Francesco, hingga akhirnya menjadi salah satu Big Player di tim itu di awal tahun 1970-an. 

Cara kerja tim ini adalah setiap meja blackjack di kasino akan diisi satu atau dua pemain penghitung kartu dari tim yang melakukan penghitungan sebenarnya. Mereka biasanya akan bertaruh hanya 5 USD (Rp71 ribu) per hand. 

Ketika hitungan kartu dek sangat menguntungkan tim, penghitung kartu akan memberi kode ke Big Player untuk datang dan mulai bertaruh beberapa hand sebesar 500 – 1000 USD (Rp7-14 juta) (selama hitungannya tetap positif). Setelah meraih kemenangan, Big Player dengan segera pindah ke meja lain yang sudah siap untuk ‘dipanen’ untuk membuat lebih banyak taruhan besar.

Identitas Uston sebagai Presiden Bursa Efek Pasifik membuatnya sangat dihargai oleh kasino-kasino besar seperti Sands, Tropicana, dan Caesars Palace. Dia memainkan peran pejudi berkantong besar yang liar dengan baik. 

Dia akan terlihat sibuk menenggak minuman, bercengkrama dengan dealer, melompat dari meja ke meja dan memasang taruhan besar yang terkesan spontanitas. Semua itu dilakukan agar dirinya lepas dari kecurigaan sebagai tim penghitung kartu.

Saking bagusnya penyamaran Uston, para pengawas area judi yang disebut pit bos sangat menyukainya. Mereka membawakannya teman wanita, membantunya membeli narkoba, dan mereka dengan senang hati menerima tipnya yang murah hati. 

Para staf kasino berpikir Uston hanyalah seorang berkantong tebal, yang cepat atau lambat akan kehilangan semua uangnya di kasino. Namun hal sebaliknya malah terjadi. Uston terus menang dan uangnya justru bertambah banyak.

Sayangnya, hubungan dia dengan Al Francesco dan rekan-rekan setimnya mulai terbentur masalah terkait manajemen tim dan keuangan, jadi Uston memilih keluar dan dengan cepat membentuk tim pemainnya sendiri. Dia bertindak sebagai manajer dan Big Player.

Tim Uston terus sukses saat ia merekrut dan melatih lebih banyak Big Player dan mengurangi perannya di lapangan untuk bisa tetap berada di belakang layar dan mengelola tim. Dia bahkan membeli sebuah kondominium di Jockey Club, di seberang jalan dari kasino Aladdin di Las Vegas Strip.

Selama dekade itu, Uston dan timnya memenangkan jutaan dolar berbagai kasino. Seiring waktu, tim Uston menjadi sangat berpengalaman, tetapi masalah terbesar tetap ada, dan itu adalah berusaha untuk tidak ketahuan oleh staf kasino. Mereka berhasil menjaga operasi mereka berjalan dengan sering berganti kasino. Agar tetap aman, Uston bahkan mulai memakai penyamaran di kasino.

Namun, sangat sulit bagi satu tim kecil untuk terus melakukan ini untuk waktu yang lama. Sebagian besar kasino sudah mengenali mereka dan kelompok itu dengan segera menemukan dirinya tercatat di Griffin Book, yang merupakan semacam daftar pemain yang tidak diinginkan di kasino. 

Daftar itu dibagikan di antara kasino-kasino besar, yang berarti bahwa Uston dan timnya dilarang di sebagian besar tempat di Vegas. Pada akhirnya, tim Uston bubar pada akhir dekade, tetapi dia sendiri belum ingin berhenti.

Obsesinya membuatnya berhenti bekerja di pasar saham dan mendedikasikan dirinya hanya untuk berjudi. Uston masih percaya bahwa dia adalah yang terbaik dan berpikir bahwa tidak adil jika kasino mengusirnya karena keahliannya. Lagi pula, penghitungan kartu tidaklah ilegal.

Hal-hal berubah menjadi menarik ketika Uston menggugat beberapa perusahaan kasino yang telah melarangnya. Secara total, dia ingin mendapatkan 85 juta USD (Rp1,2 triliun) dari kasino-kasino itu. Bisa dibilang dia menyatakan perang habis-habisan di Vegas. Gugatan itu ditampilkan di seluruh media dan Upton menjadi sangat terkenal. Namun, gugatannya kalah dan dia tidak memenangkan apa pun.

Meski demikian, Uston tidak mundur dan memindahkan aktivitasnya ke negara lain. Pada 1970-an, ia berkeliling dunia dan mengunjungi sebagian besar kasino terkenal di dunia. Pada akhirnya, dia kehabisan kasino. Dia tidak bisa menemukan tempat untuk bermain di mana dia belum dilarang.

Meski Uston harus pensiun, ia mendapatkan pekerjaan sebagai konsultan kasino. Pada 1980-an, dia menerbitkan beberapa buku tentang strategi blackjack. Terlebih, kecintaannya pada angka dan pola membawanya ke hobi lain, yaitu video game. 

Uston terobsesi dengan permainan Pac-Man dan dia mengingat pola kemenangan untuk seluruh permainan tersebut. Sebagai fakta yang menyenangkan, dia adalah penulis buku berjudul Mastering Pac-Man, yang ternyata menjadi salah satu buku terlaris di daftar NY Times.

Dia juga membuat beberapa buku lagi tentang video game dan perangkat lunak komputer. Total ia telah menerbitkan 16 buku. Menariknya, ia juga tercatat pernah menjadi konsultan bagi pemerintah Kuwait pada 1986. 

Sayangnya, Ken Uston meninggal karena serangan jantung pada tahun 1987 ketika dia tinggal di Paris, Prancis. Dia baru berusia 52 tahun sat itu, dan paramedis menemukannya sendirian di kamar hotel. Rincian seputar kematiannya telah melahirkan banyak teori konspirasi. 

Beberapa bahkan mengklaim bahwa dia dibunuh karena berencana untuk mengungkap beberapa skema pencucian uang besar di kasino Las Vegas. Namun, secara catatan resmi pemeriksa medis yang melakukan otopsi, tidak ditemukan sesuatu yang aneh. Meski kematiannya disayangkan, Ken Uston dinyatakan meninggal karena gagal jantung pada usia yang relatif muda.

Hingga saat ini, banyak pemain masih menganggap Ken Uston sebagai salah satu jenius terbesar dalam perjudian. Dia adalah pria yang sangat cerdas dan penghitung kartu yang sangat cepat. Apalagi, keterampilan bermain blackjack Ken Uston sudah sangat terkenal di seluruh dunia. 

Memang, cara dia menghasilkan kekayaan masih menjadi pro dan kontra antara sah atau malah tak legal. Namun yang jelas, pengetahuan dan keterampilannya telah mengilhami ribuan penjudi lainnya dan Ken Uston akan selamanya dikenal sebagai salah satu pemain terhebat dan paling cerdas yang pernah ada dalam dunia judi.