MENGILIK SEJARAH JUDI ADU JANGKRIK, PERMAINAN YANG DIGEMARI SANG PROKLAMATOR

223

Permainan judi adu jangkrik telah menjadi sebuah bentuk hiburan di Nusantara yang sudah ada sejak zaman dulu. Seluruh lapisan masyarakat menggemarinya, terlebih oleh anak-anak. Dulu, biasanya anak-anak akan mencari jangkrik untuk diadu di pematang sawah atau kebun yang banyak ilalangnya. 

Permainan adu jangkrik itu sendiri sebenarnya bukanlah permainan asli rakyat Nusantara. Ini adalah sebuah permainan yang berasal dari negeri China. 

Menurut sejarawan You Zhou dalam buku A History of Chinese Entomology, adu jangkrik telah ada di Negeri Tirai Bambu sejak zaman Dinasti Tang (618-907). Masa-masa kejayaan adu jangkrik memuncak pada era Dinasti Song, di mana mereka bahkan sampai memiliki menteri khusus untuk mengurus masalah jangkrik. 

Kemudian adu jangkrik mulai mengalami penurunan di era Dinasti Qing (1644-1911). Pemerintahan yang berkuasa saat itu mulai mengambil tindakan dengan melarang kegiatan judi adu jangkrik karena dianggap berefek pada kehancuran ekonomi.

BACA JUGA

Di negeri kita sendiri, judi adu jangkrik diperkirakan mulai masuk di sekitar tahun 1800-an, yang diperkirakan dibawa oleh para pedagang China yang datang berdagang ke sini. Adu jangkrik dengan segera menyebar dan menjadi permainan kegemaran berbagai golongan, dari rakyat jelata hingga bangsawan.

Sejarawan Denys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya Jilid 2 – Jaringan Asia, menuliskan bahwa adu jangkrik merupakan permainan kegemaran masyarakat Jawa. Bahkan, permainan tersebut juga dimainkan oleh orang-orang keraton Yogyakarta yang dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwono VII (1877-1921).

Pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VII, permainan ini menjadi sebuah pertunjukan rutin di alun-alun setiap hari Selasa atau Jumat. Bahkan para pemilik jangkrik akan merawat jangkrik aduan mereka secara khusus. 

Mulai dari mempersembahkan makan, memperkerjakan pekerja khusus, hingga mempersembahkan ramuan tertentu agar jangkrik mereka dapat memenangkan permainan. Saat itu, tak jarang adu jangkrik ini menjadi ajang untuk menunjukkan kekuasaan dan status seseorang.

Terlepas dari unsur judinya, adu jangkrik terus meraih popularitas bahkan hingga ke kalangan anak-anak. Dulu saat di musim gadon, masa sawah ditanami palawija untuk mengisi jeda waktu tanam padi, anak-anak biasanya akan pergi mencari jangkrik untuk mereka adu sendiri dengan teman-temannya. Ini telah menjadi kegiatan hiburan masyarakat umum. 

Menariknya, hal tersebut juga dilakukan oleh salah satu proklamator kita, Bung Karno, di masa kecilnya. Dalam otobiografinya, Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno, bercerita bahwa ia suka bermain di luar rumah dan ada banyak permainan rakyat yang dimainkannya, adu jangkrik menjadi salah satunya.

Kegemarannya bermain adu jangkrik saat kecil juga pernah diceritakan secara langsung di Istana Merdeka, Jakarta, pada 18 November 1966. Nostalgia masa kecilnya itu disampaikan di hadapan olahragawan Indonesia yang akan berlaga dalam ajang Asian Games di Bangkok, Thailand, pada bulan Desember.

“Pada waktu aku masih kecil, kecil pula seperti engkau yang berdiri di muka ini, malahan satu-satunya olahragaku pada waktu itu adalah berjalan, ngeluyur nretek-nrotek pinggir sawah mencari jangkrik. Kalau boleh lebih awal itu sport, sport adu jangkrik, ” cerita Soekarno dalam amanatnya untuk para olahragawan Indonesia kala itu.

Dari cerita itu Bung Karno setidaknya bisa disimpulkan bahwa adu jangkrik memang telah menjadi sejenis hiburan umum yang dilakukan semua kalangan masyarakat di Nusantara. 

Adu jangkrik sendiri mulai mengalami penurunan popularitas saat Indonesia mulai memasuki era Orde Baru di mana segala aktivitas perjudian dianggap sebagai kegiatan terlarang. Secara perlahan adu jangkrik pun mulai ditinggalkan masyarakat.

Kini, jangkrik memang masih dicari-cari banyak orang, dan bahkan tetap ada yang dengan khusus mengembangbiakkannya, tapi bukan untuk diadu seperti di era kekaisaran China dan kesultanan Jawa. Jangkrik saat ini hanya dicari dan dibudidayakan sebagai salah satu sumber pakan hewan peliharaan seperti burung dan ikan.