GEDUNG HAILAI ANCOL: KASINO PERTAMA DAN TERAKHIR JAKARTA

602

Jauh sebelum Jakarta mencapai kejayaan seperti yang telah kita kenal sekarang, Gubernur pada 1960-AN silam, yakni Ali Sadikin atau yang akrab dipanggil Bang Ali, ditugaskan untuk membangun ibu kota.

Melihat anggaran yang terlalu kecil untuk bisa membangun Jakarta menjadi sebuah ibu kota yang dikenal secara internasional dengan infrastruktur pendukung, Bang Ali mencari cara untuk menambah pemasukan APBN. 

Salah satu solusi yang beliau capai adalah melegalkan praktik judi di Jakarta dengan mendirikan sejumlah lokalisasi yang dikhususkan untuk berjudi dan memungut pajak darinya. 

BACA JUGA

Setelah disetujui oleh pemerintah, era dimana praktek judi dilegalkan di Jakarta pun dimulai. Berbagai venue judi mulai dilegalkan di Jakarta. Contohnya seperti Arena Pacuan Kuda Pulomas, Arena Balap Anjing di Senayan, serta kasino di Gedung Hailai Ancol. 

Gedung Hailai Ancol tak hanya berupa kasino yang menawarkan berbagai permainan meja dan mesin slot, tapi juga merupakan venue untuk pasang taruhan olahraga. Nama Hailai sendiri diambil dari salah satu olahraga unik, yaitu jai alai (baca: hailai) yang ditawarkan di kasino ini. 

Jai alai merupakan olahraga asal Spanyol yang menyerupai squash dimana dua atlet memantulkan bola pada dinding, tapi tidak menggunakan raket melainkan sarung tangan khusus yang disebut cesta. Selain jai alai, terdapat sirkuit Bina Ria tak jauh dari Hailai yang juga merupakan venue dimana orang bisa pasang taruhan untuk balapan otomotif.

Salah satu peraturan yang ditegaskan oleh Bang Ali pada pembukaan venue-venue judi di Jakarta adalah pakaian yang dikenakan pengunjung. Untuk mempertahankan nilai prestise dari venue-venue tersebut, pengunjung diwajibkan mengenakan pakaian rapih lengkap seperti jas, dasi, dan sepatu jika ingin pasang taruhan. Oleh karena itu, Hailai dikenal sebagai salah satu venue yang bergengsi pada masa kejayaannya pada tahun 1970-an. 

Pembangunan komplek Hailai dengan luas 550 hektar ini memakan biaya US$1,5 juta dengan model investasi 50-50 yang dilakukan oleh PT Philindo Sporting Amusement and Tourism Corp, anak perusahan bersama dari PT Pembangunan Jaya Ancol dengan Seven Seas Finance and Trade Corporation Manila.

Akhirnya pada 17 Mei 1971, Gedung Hailai diresmikan oleh Menteri Perhubungan Frans dan berhasil menghadirkan sejumlah pejudi dari Amerika serikat dan Filipina. Kehadiran Hailai disambut baik oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara dan terbukti sangat membantu dalam meningkatkan pemasukan APBN dengan berhasil meraup omzet Rp 12,5 juta sehari. 

Namun di balik popularitas Hailai pada jaman itu, tak bisa dipungkiri bahwa ada pihak yang tidak menerimanya, yang terbukti dengan kebakaran yang menimpanya pada 3 Oktober 1972. Setelah dilakukan penyelidikan oleh pihak kepolisian, terbukti bahwa ada oknum yang menyebabkan kebakaran tersebut.

Masa kejayaan dari Hailai maupun berbagai venue judi resmi lain di Jakarta membawa pembangunan besar pada ibu kota, namun bersama dengan berakhirnya masa jabatan Bang Ali sebagai Gubernur Jakarta, begitu pula legalitas dari judi di Jakarta. Pada tahun 1981, akhirnya judi tak lagi dilegalkan di Indonesia, sehingga fungsi Hailai sebagai satu-satunya kasino di Jakarta berakhir pula.

Meskipun tak lagi berupa kasino, gedung Hailai tetap dipertahankan, namun beralih fungsi menjadi ring tinju untuk berbagai kejuaraan tinju antara lain Piala Sentot II dan Kejuaraan Tinju Nasional Tinju Yunior IV. 

Tak lama setelah itu, pengelola gedung Hailai, yaitu PT Jaya Ancol dan PT Philindo menyewakan gedung tersebut dan mengubah kembali fungsi gedungnya sehingga diisi oleh restoran, tempat hiburan malam – salah satu yang terpopuler adalah Diskotek Stardust – dan Kantor dari PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia).

Sepertinya musibah tak lepas melanda gedung bekas kasino pertama Jakarta, karena kebakaran kembali menghanguskan sebagian dari gedung berlantai tiga ini pada tahun 1988. Dari seluruh gedung hanya kantor PBSI yang selamat dari kobaran api. 

Hailai kembali bangkit, kini dengan penampilan dan nama baru, yaitu International Hailai Executive Club. Jauh meninggalkan jejak sebagai kasino pertama Jakarta, Hailai kini merupakan venue bagi para pecinta live music dimana sejumlah musisi kelas dunia sempat meramaikan panggungnya. 

Selain even music, sejumlah pagelaran besar seperti Festival Sinetron Indonesia, Faces of Indonesia dan masih banyak lagi dihadirkan direinkarnasi bekas kasino ini. 

Memasuki milenium baru, popularitas International Hailai Executive Club pun surut dan pada akhirnya tutup untuk selamanya. Meskipun demikian, Hailai kembali diberitakan pada 2019 saat gedungnya kembali jadi sasaran si jago merah dan kini luluh lantak dimakan api. 

Gedung Hailai telah lama dikosongkan dan sudah direncanakan untuk dirobohkan sebelum kembali alami kebakaran. Sampai sekarang belum jelas apakah Hailai akan dibangun kembali, dan jika iya, akan bangkit sebagai venue apa. Semoga Hailai bisa bangkit kembali sebagai ikon Jakarta yang berawal sebagai kasino pertama dan terakhir di Jakarta.